Saya
terima seuntai bunga sedap malam yang merupakan amanah dari sahabatku Dariyana
Hamokwarung dan saya persembahkan untuk almarhum Sebastianus Herdiansyah yang
meninggal dunia pada tahun 1992 akibat diterpa badai di pucak Gunung Slamet
lewat jalur Kaliwadas.
Sore itu 13 Agustus 2008, pukul 14.30 cek kelengkapan terakhir
team advance yang berjumlah 4 orang guna mempersiapkan keberangkatan awal pada
esok harinya, kelengkapan team advance telah lengkap dan caril siap di selimuti
oleh covernya.
Tiba-tiba seorang sahabat yang bernama Dariyana Hamokwarung
seorang perempuan asal daerah Irian Jaya bergegas dengan nafas yang
terengah-engah menghampiri saya dan memberikan serangkaian bunga sedap malam
kepada saya, saat itu saya bertanya kepadanya untuk apa bunga ini kamu berikan
kepada saya, lalu dia menjawabnya dengan nafas yg masih terengah-engah lantaran
baru saja sampai membeli bunga itu dan dia berkata tolong serangkaian bunga
sedap malam ini kamu letakkan dipuncak Gunung Slamet tepat pukul 10.00 WIB
tidak banyak cerita lagi lalu saya taruh bunga itu di atas caril yang telah
siap diangkat.
Waktu makin cepat dan malam mulai larut diskusi pendakian makin
hangat mengingat pendakian ke Puncak Slamet nantinya dengan personil yang cukup
banyak yaitu 50 orang dari seluruh DPC Jasmapala Jabotabek, Semarang, Bandung,
Cirebon, dan Surabaya. Tak terasa hari ini tanggal 14 Agustus 2008 saya mulai
tidur dan pukul 05.00 mulai bangun guna mempersiapkan keberangkatan team menuju
Kampung Rambutan, mengingat bis Patas Jakarta – Purwokerto berangkat pukul 7.30
maka team advance berangkat lebih awal guna mempersiapkan semuanya, pada pukul
6.20 team advance tiba di terminal Kampung Rambutan, cek kelengkapan di mulai
lagi ternyata bunga sedap malam tertinggal di base camp, tidak ada diskusi lagi
segera saya panggil ojek untuk mengambil bunga itu, maka saya dapat bergabung
kembali di terminal Kampung rambutan dengan waktu yang tepat yaitu 10 menit
sebelum bis Patas itu berangkat.
Pukul 7.30 tepat bis Patas Jakarta – Purwokero berangkat
meninggalkan terminal Kampung Rambutan team advance melanjutkan tidurnya
masing-masing, waktu bergulir semakin cepat tak terasa di pertigaan Yaomani
kami telah sampai kemudian menurunkan caril masing-masing bus Patas
meninggalkan kami untuk melanjutkan perjalanan menuju terminal Purwokerto,
ketika saya mengangkat caril tiba-tiba ada kegundahan dalam pikiran saya
ternyata bunga sedap malam tertinggal di kabin bus itu, dengan pergerakan dan
keputusan yang cepat lalu saya kejar bis Patas tersebut dengan ojek
berkecepatan tinggi ahirnya bis menepi lalu saya ambil bunga itu yang kemudian
saya dapat bergabung kembali dengan team.
Angkutan pedesaan telah menunggu kami untuk menuju sebuah desa
di kaki gunung Slamet dan tawar menawarpun terjadi antara team dengan sopir
angkutan pedesaan tersebut dan ahirnya harga disepakati, caril disusun diatap
angkot dengan ikatan wibing yang cukup kuat karena menggunakan ikatan simpul
maka angkutan pedesaan siap diberangkatkan, mengingat sesaknya penumpang kami
bergelantungan seperti monyet ragunan, beberapa tikungan telah dilewati tak
lama kemudian ditikungan tajam terlintas sibunga sedap malam terlempar dari
punggung kejalan dengan spontanitas saya melompat dan mengambil bunga itu dan
kemudian mengejar angkutan pedesaan yang berjalan agak lambat kemudian saya
dapat bergelantungan kembali seperti monyet ragunan.
Sampailah di Desa Guci yang sejuk, tenang dan bersahabat kami
beristirahat sejenak untuk melepas lelah mengingat perjalanan yang sangat
panjang, kemudian menaruh caril didepan warung lalu kami memesan minuman hangat
dan beberapa menu beraneka ragam pilihan untuk segera menyantap makanan dengan
lahap di kedai tersebut, makan telah usai karena kampung tengah (perut) sudah
terisi padat lalu kami ingin melanjutkan perjalanan ke base camp, terkejut
seketika saat bunga sedap malam hilang dibawa orang karena bunga tersebut saya
letakkan diatas caril, dengan cepat saya mencari bunga tersebu sekitar 10 menit
bunga itu dapat saya temukan dan kembali ketangan saya untuk disampaikan.
Pada keesokan harinya tanggal 15 Agustus pukul 8.00 kami
melakukan pendakian awal dengan team guna mempersiapkan realokasi batas
vegetasi yang nantinya sebagai tempat berkumpulnya team Jasmapala agar dapat
bersatu mengingat puluhan pendaki dari berbagai daerah akan menuju puncak
Slamet lewat jalur Guci, dengan semangat dan kebersamaan team advance yang
berjumlah 4 orang kami dapat melewati pos I, II dan III
Pos III–Pos IV (2480 mdpl), track menuju pos IV ini cukup
panjang, berat dan sangat melelahkan bagi para pendaki walaupun pada jalur ini
terdapat 2 pos bayangan untuk dapat digunakan melepas lelah sejenak guna dapat
meneruskan perjalanan, maka disinilah para pendaki memanfaatkan istirahatnya
sejenak untuk dapat menuju pos IV, kami memanfaatkan istirahat sejenak untuk
menyantap nasi bungkus yang kami bawa dari base camp, makanpun cepat usai
karena nikmat ditambah dengan isapan sebatang rokok menambah nikmatnya
kebersamaan dalam pendakian.
Perjalan kami lanjutkan setelah tenaga pulih dengan istirahat
yang cukup maka langkah kian semangat medan berat kian terlihat bebarapa pohon
tumbang dan tanjakan menantang dapat dilampaui walau ahirnya kami beristirahat
kembali, tak lama kami istirahat seorang teman menanyakan bunga sedap malam
yang saya letakkan disaku caril kanan ternyata tidak ada, rasa lelah tiba-tiba
datang karena si bunga tersebut tak henti-hentinya mengganggu konsentrasi saya
dan team, dengan langkah gontai saya sisir bunga tersebut turun menuju pos III
dan ternyata jatuh di dekat akar tumbang yang saya lompati tak jauh dari pos
III, langkah makin kecil saya paksa untuk lebih cepat bergabung dengan team yg
berjalan terus dengan perlahan dan saya berusaha dapat bergabung dengan nafas
yg terengah-engah, tak lama kemudian tibalah kami di pos IV.
Pos IV – Pos V (Pondok Eidelweis) 2740 mdpl, track menuju batas
vegetasi cukup terjal dan sangat menguras tenaga bagi para pendaki untuk menuju
batas terahir yang merupakan batas vegetasi dengan batuan vulkanik ditempat
inilah para pendaki untuk melakukan istirahat guna memulihkan tenagasebelum
menuju puncak. Team kami dibawah komando saya sendiri segera mendirikan 2 buah
tenda dengan kapasitas 3 dan 4 orang, pada malam harinya cuaca sangat tidak
bersahabat angin bertiup kencang dan rasa dingin mulai menusuk tulang, kami
segera merebus air panas untuk membuat segelas kopi dan wedang jahe agar tubuh
menjadi hangat dan segar.
16 Agustus 2008 tak terasa pagi telah menjemput kami bangun
pukul 7.00 waktu puncak Slamet dan kami segera berkemas menuju puncak untuk
memasang tambang sepanjang 200 m di jalur pendakian guna membantu sekaligus
pengamanan para pendaki Jasmapala untuk keesokan harinya, dari batas vegetasi
sampai puncak dibutuhkan waktu 2 - 3 jam mengingat di daerah ini sering terjadi
badai gunung, oleh karena itu pendakian dilakukan pada pagi hari.
Team telah bergerak menuju pertengahan puncak untuk memasang
tambang dan pasak, saya membawa tambang dan kinot membawa linggis guna alat
bantu pemasangan pengaman jalur, ahirnya tambang telah terpasang saya segera
melakukan attack ke puncak Slamet guna menancapkan bunga sedap malam tepat
pukul 10.00 waktu Puncak Slamet, waktu makin sempit saya masih berada
ditengah-tengah pada ketinggian 3100 Mdpl untuk mencapai ke puncak Segoro wedi
dengan ketinggian 3432 Mdpl, saya terus memacu langkah untuk dapat meletakkan
bunga tersebut tepat pukul 10.00, rasa lelah tak terasa langkah terus bergerak
kepuncak tiba-tiba bunga yang saya letakan dipunggung jatuh dan merosot ke
bawah lebih kurang 25 meter dalam hati kecil saya berkata “Alhamdulillah
bunganya tidak merosot ke jurang kearah kanan saya andai itu terjadi tamatlah
riwayat bunga sedap malam” bergegas saya turun untuk mengambil bunga tersebut
lalu melanjutkan pendakian menuju puncak.
Tak jauh terlihat puncak Slamet yang begitu besar dan hamparan
kaldera yang sangat luas serta menakjubkan yang biasa disebut dengan Segoro
Wedi, akhirnya pada pukul 9.50 saya tiba di puncak dan menancapkan bunga sedap
malam titipan sahabat saya Dariyana Hamokwarung diatas tumpukan batu di puncak
gunung Slamet sebagai gunung tertinggi di wilayah Jawa Tengah 3432 Mdpl.
Selamat jalan sahabat prestasimu tetap kami kenang di setiap pendakian.
By: Pend@ki Li@r