INDONESIA merupakan
Negara yang kaya akan panorama alam yang menawarkan keindahan yangmempesona
bagi kita para pecinta kegiatan alam bebas. Salah satu dari itu adalah gunung,
pulau jawakhususnya memiliki banyak sekali berjajar pegunungan-pegunungan, salah
satunya kawasan pegunungan ijen dimana terdapat satu gunung yang menawarkan
keindahan yang mempesona serta tantangan yang sangat menarik bagi kita yang
memiliki kegemaran pegiat alam bebas, yaitu Gunung Raung. Gunung Raung dengan ketinggian 3.344
mdpl dari jalur Banyuwangi merupakan gunung dengan jalur pendakian terekstrim
di Pulau Jawa, Bali dan Lombok.
Berikut ini adalah hasil catatan perjalanan
saya dalam pendakian menuju Puncak Raung Sejati
jalur Kalibaru selama 5 hari dari tanggal 31 Oktober - 4 November 2013.
Letak Administratif
Dusun
: Wonorejo
Desa
: Kalibaru Wetan
Kecamatan
: Kalibaru
Kabupaten
: Banyuwangi
Provinsi
: Jawa Timur
Kondisi Cuaca
Secara umum iklim di Gunung Raung
beriklim tropis. Suhu udara berkisar antara 0 – 25 ° C, dan suhu akan semakin
tinggi di musim kemarau. Curah hujan cukup tinggi dan angin rata-rata berhembus
kencang karena Gunung Raung sangat dekat dengan laut.
Flora
Flora yang ada di Gunung Raung
beragam misalnya: pinus, cemara gunung, rotan, honje, pisang hutan,
semak-semak, pohon cantigi dan eddleweis.
Fauna
Fauna yang ada diantaranya, macan
kumbang, ular, tokek, ayam hutan, monyet, burung, elang, kampret, pacet dll
Kondisi Tanah
Gunung raung mempunyai jenis tanah
alluvial karena dipengaruhi kondisi gunung yang aktif. Tanah di Gunung Raung
adalah tanah liat bercampur pasir yang dihasilkan aktifitas Gunung Raung
sedangkan area puncak adalah batuan lepas dan berpasir.
Jalur Pendakian
Gunung Raung jalur kalibaru
merupakan jalur pendakian terekstrim di Pulau Jawa, Bali dan Lombok ini
diperlukan waktu pendakian normal selama 6 hari yang tentunya diperlukan juga
fisik dan mental yang bagus serta peralatan khusus dan teknik pemanjatan untuk
menggapai puncak sejatinya. Berikut ini adalah jalur pendakian dan pos yang
akan dilewati untuk mencapai Puncak Sejatinya:
Base Camp (Rumah Pak Suto, Dusun Wonorejo) – Pos atau Camp
1 (kebun kopi)
Di mulai dari base camp rumah Pak
Suto akan berjalan sejauh 5600 m, melewati perkebunan penduduk yang mayoritas
adalah perkebunan kopi, dan sekitar 3 jam kemudian akan tiba di pos 1 yang
ditandai dengan rimbunnya perkebunan kopi. Di sebelah kiri jalur pos 1 ini ada
jalur menuju sungai yang merupakan sumber air terakhir di jalur pendakian ini,
di sini diharapakan setiap pendaki untuk mengisi perbekalan air sebelum
melanjtukan pendakian, dimana minimal setiap pendaki harus membawa 10 liter
air. Pos 1 ini terletak pada ketinggian 980 mdpl dan koordinat 8°12’14’’ LS dan
114°00’05’’ BT
Pos 1 – Camp 2
Dari pos 1 berjalan akan berjalan
melewati batas perkebunan dan hutan, kemudian mulai memasuki hutan yang lebar
namun lebat dengan pepohonan dimana terdapat banyak pohon dan semak berduri,
jalan yang dilalui belum banyak menanjak dan cenderung melipir menyisiri hutan. Diperlukan waktu normal selama
kurang lebih 4 jam untuk menempuh jarak dari pos 1 menuju camp 2 sejauh 4.130
meter. Camp 2 ini merupakan tempat camp
yang terluas selama jalur pendakian dan pendaki dapat bermalam disini camp 2
ini terletak pada ketinggian 1.431 mdpl dengan koordinat 8°10’27’’ LS dan
114°01’11’’ BT
Camp 2 – Camp 3
Dimulai dari camp 2 inilah para
pendaki akan mulai melalui track menanjak mengikuti punggungan dan tidak lagi
melipir. Track yang dilalui cukup sempit dimana di sebelah kirinya adalah
jurang diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk mencapai camp 3, di camp 3 ini
terletak persis di tengah jalur pendakian namun agak luas dan dapat mendirikan
camp dengan 2 tenda, camp 3 terletak pada ketinggian 1.656 mdpl dan koordinat
8°9’56’’ LS dan 114°0134 BT.
Camp 3 – Camp 4
Lepas dari camp 3 pendakian dimulai
dengan melalui jalan landai, kemudian akan melewati turunan sebelum berpindah
punggungan dan melalui jalan menanjak yang cukup panjang. Setelah kurang lebih
2 jam akan tiba di camp 4, sebuah tanah lapang yang sempit namun dapat
digunakan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pendakian. Camp 4
terletak pada ketinggian 1.855 mdpl dan koordinat 8°9’19’’ LS dan 114°01’52’’
BT.
Camp 4 – Camp 5
Pendakian pada rute ini masih tetap
dalam satu punggungan namun track yang dilalui semakin terjal dan rapat dimana
banyak terdapat pohon berduri (disarankan selama pendakian menggunakan pakaian
lengan panjang), bila hujan jalur ini akan menjadi sangat licin. Waktu yang
diperlukan untuk melalui rute ini adalah selama lebih kurang 45 menit dan camp
5 ini tidak terlalu luas namun sedikit di bawah camp 5 juga terdapat tempat
yang cukup luas untuk beristirahat dan biasanya di area camp 5 ini digunakan
untuk tempat beristirahat makan siang sebelum melanjutkan pendakian. Camp 5
terletak pada ketinggian 2.115 mdpl dan koordinat 8°08’59’’ LS dan 114°01’58’’
BT.
Camp 5 – Camp 6 atau Pos 3
Setelah beristirahat di camp 5
bersiaplah kita untuk melanjutkan pendakian yang semakin berat dimana jalurnya
semakin terjal serta tipis dimana kanan-kiri jurang untuk itulah diharapkan
berhati-hati saat melintasi rute ini. Rute ini tidak terlalu lama karena hanya
sekitar 30 menit akan tiba di camp 6 atau pos 3. Di camp 6 ini terdapat area
camp yang berundak – undak sebanyak 3 undakan dan dapat digunakan untuk tempat
bermalam. Camp 6 terletak pada ketinggian 2.285 mdpl dan koordinat 8°08’49’’ LS
dan 114°02’02’’ BT
Camp 6 atau Pos 3 – Camp 7
Pendakian pada rute ini semakin
berat dimana akan semakin mendekati puncak Gunung Wates, yang tentunya tracknya
semakin terjal, jalur pendakiannya pun semakin terbuka dan udara semakin dingin
diiringi angin yang semakin kencang dan kabut
tipis yang mulai turun menutupi jalur pendakian, setelah sekitar 45 menit kita
akan tiba di camp 7, yang merupakan camp di area terbuka sebuah dataran yang
cukup luas dan sangat terbuka, dapat mendirikan 3 tenda.
Di camp 7 ini kita dapat menikmati
pemandangan negeri di atas awan yang sangat indah, dimana di depan terdapat
puncak gunung wates, sebelah kiri dan kanan kita dapat melihat berjajar
punggungan serta lembahan, dari kejauhan juga mulai tampak puncak raung yang
berbentuk bebatuan, apabila malam dan kondisi cerah pemandangan bintang-bintang
yang bertebaran di langit yang memancarkan sinarnya serta gemerlap lampu-lampu
di perkotaan yang tampak dari kejauhan akan menjadi pemandangan yang dapat kita
nikmati di malam hari, di camp 7 ini pun mulai terdapat bunga edelweisss yang
apabila mekar menjadi pemandangan indah bagi kita. Kondisi di camp 7 ini tanahnya rawan
longsor dan juga udara dingin serta angin yang berhembus kencang dikarenakan
areanya yang sangat terbuka, untuk itulah agar berhati-hati jika ingin bermalam
di camp 7 ini. Camp 7 terletak pada ketinggian 2.541 mdpl dan koordinat
8°08’24’’ LS dan 114°02’14’’ BT
Camp 7 – Camp 8
Perjalanan dari camp 7 menuju camp 8
diawali dengan melewati punggungan terakhir menuju puncak gunung wates selama
sekitar 45 menit, sementara itu jalurnya cukup terjal dan rapat oleh pohon
berduri. Dari puncak gunung Wates
pendakian dilajutkan dengan melipiri punggungan yang sangat tipis dengan bibir
jurang yang sangat membutuhkan konsentrasi dan kehati-hatian. Setelah berjalan
melipir kita akan mulai melalui track menanjak dimana mulai terdapat vegetasi
khas puncak gunung. Total waktu menuju camp 8 ini adalah sekitar 2 jam
perjalanan normal, camp 8 terletak pada ketinggian 2.876 mdpl dan koordinat
8°08’12’’ LS dan 114°02’30’’ BT
Camp 8 – Camp 9 atau Pos 4
Inilah rute terakhir yang harus
dilalui sebelum mencapai puncak gunung raung, pada rute ini jalurnya semakin
terjal mulai banyak bunga edelweiss dan vegetasinya pun semakin jarang serta
pepohonan tua yang menjadi ciri khas sebelum puncak gunung. Setelah berjalan
sekitar 1 jam barulah kita tiba di camp 9 atau pos 4 yang merupakan camp
terakhir yang dapat kita gunakan untuk beristirahat, di camp 9 ini merupakan
batas vegetasi sebelum melewati bebatuan untuk mencapai puncak raung. Camp 9
terletak pada ketinggian 3.023 mdpl dan koordinat 8°08’00’’ LS dan 114°02’33’’
BT
Camp 9 atau Pos 4 – Puncak Raung/Puncak Kalibaru
3154mdpl 8°07’56’’ LS dan 114°02’55’’ BT
Dari camp 9 yang merupakan batas
vegetasi selanjutnya kita berjalan selam lebih kurang 10 menit dan akan tiba di
puncak semu gunung Raung dikenal dengan nama puncak Bendera 3.154 mdpl. Di atas
puncak gunung Raung inilah kita kembali dpat menikmati keindahan negeri di atas
awan, dimana dapat memandangi indahnya awan yang serasa begitu dekat dan
sejajar dengan kita, dari kejauhan tampak menjulang deretan punggungan gunung Argopuro
dan Semeru.
Sementara pada arah sebaliknya dapat
memandangi laut dan pulau Bali di seberang sana, selain itu di depan kita telah
tampak jalur menuju puncak Sejati yang sangat menantang, bebatuan dengan kanan
kiri jurang dalam yang cukup memacu adrenalin kita sebelum menapakinya, dan
yang tidak kalah juga adalah pemandangan puncak 17 (pertama kali ditapaki oleh
PATAGA Surabaya) yang berbentuk piramida yang seolah mengundang kita untuk
segera mencapai puncaknya.
Puncak Sejati Gunung Raung 3344 mdpl,
8°07’32’’ LS dan 114°02’48 BT
Inilah rute pendakian terakhir dan
juga terekstrim yang harus kita lalui untuk mencapai puncak sejati. Dimulai
dari puncak raung kita berjalan turun melipiri bibir jurang lalu mengikuti
sebuah jalan landai dan akan tiba di titik ekstrim yang pertama, di titik ini
kita harus melipir tebing bebatuan dimana di sebelah kanan adalah jurang
sedalam 50 meter, untuk itulah di titik ekstrim pertama ini kita memasang jalur
pemanjatan kurang lebih 5 meter, di jalur telah terpasang 1 buah hanger, 1 bolt
dan di titik anchor atasnya terdapat pasak besi yang telah tertanam, dapat
digunakan sebagai anchor utama.
Setelah melewati titik ekstrim 1
kita terus bejalan menanjak menuju puncak 17 atau piramida, sampai pada titik
ekstrim yang kedua yaitu 10 meter sebelum puncak 17. Disini kita kembali harus
membuat jalur pemanjatan, dimana leader melakukan artificial climb selajutnya
setibanya di puncak 17 memasang fix rope untuk dilalui orang selanjutnya dengan
teknik jumaring yang kemudian pendakian dilakukan dengan melipir dan menuruni
bibir jurang yang tipis sekali, disini merupakan titik ekstrim ketiga yang juga
harus dipasangi pengaman bisa dengan menggunakan tali kernmantel ataupun dengan
membentangkan webbing sejauh kurang lebih 10 meter.
Selepas dari titik ekstrim ketiga ini
kita terus berjalan agak landai menelusuri jalan setapak yang sangat tipis
sekali dengan kanan kiri jurang sedalam 50 meter, yang kita akan tiba di titik
ekstrim yang keempat atau terakhir dimana kita harus memasang jalur untuk
menuruni tebing 25 meter dan menggunakan teknik rappelling untuk mencapai ke
bawah. Sesampainya di bawah kita masih harus melanjutkan perjalanan, agak
berjalan menurun ke bawah kita tiba di sebuah tempat lapang dan teduh yang
biasanya digunakan untuk tempat beristirahat sebelum melalui tantangan terakhir
yaitu mencapai puncak tusuk gigi (bentuknya menyerupai tusuk gigi) dan puncak
sejati.
Dari tempat istirahat ini perjalanan
kembali menanjak dengan tingkat kemiringan yang cukup terjal dimana jalur yang
harus dilalui adalah batuan lepas dan berpasir yang apabila diinjak rawan
sekali untuk longsor, untuk itulah diperlukan kehati-hatian dan menjaga jarak
antar pendaki selama melewati track ini agar apabila longsor batuan lepas
tersebut tidak membahayakan pendaki di bawahnya.
Setelah mengakhiri tanjakan pada
track bebatuan ini tibalah kita di puncak tusuk gigi yang tedapat banyak
bebatuan besar dan setelah itu dari puncak tusuk gigi kita melipir ke belakang
dan kemudian berjalan agak menanjak sekitar 100 meter tibalah kita di tempat
yang menjadi tujuan akhir dari pendakian ini, PUNCAK SEJATI GUNUNG RAUNG 3.344 Mdpl,
ditandai dengan sebuah triangulasi dan plang Puncak Sejati serta pemandangan
sebuah kawah besar yang masih aktif yang setiap saat mengeluarkan asapnya.
Catatan :
Pada saat melakukan pendakian
disarankan para pendaki menggunakan pakaian safety (baju dan celana panjang,
jika perlu dilengkapi geiters dikarenakan jalur yang dilalui banyak pohon
berduri, dan pacet, serta hutan yang rapat). Setiap pendaki minimal membawa 10 liter air dikarenakan sumber air
hanya terdapat di pos 1, dan untuk mengantisipasi kekurangan air di setiap camp
disarankan membuat penampungan air/tendon (paling sederhana dengan membuatnya
dari botol aqua besar yang dipotong terlebih dahulu).
Pada saat menuju puncak sejati,
tenda dan perlengkapan lainnya ditinggal di pos 4 atau camp 9, dan hanya
membawa daypack berisikan makanan, minuman dan perlengkapan pemanjatan (perlengkapan
standar :tali kernmantel statis min 1 buah dengan panjang min 30 meter,
webbing, carabiner screw dan non screw, jumar, figure of eight, prusik, harnest
serta untuk mengantisipasi dapat pula membawa pasak besi untuk anchor tanam). ©copyright by Pendaki Liar