TIDAK MENGAMBIL APAPUN KECUALI FOTO,TIDAK MEMBUNUH APAPUN KECUALI WAKTU DAN TIDAK MENINGGALKAN APAPUN KECUALI JEJAK KAKI

Wednesday, April 29, 2015

MENGGAPAI PUNCAK SEJATI GUNUNG RAUNG


INDONESIA merupakan Negara yang kaya akan panorama alam yang menawarkan keindahan yangmempesona bagi kita para pecinta kegiatan alam bebas. Salah satu dari itu adalah gunung, pulau jawakhususnya memiliki banyak sekali berjajar pegunungan-pegunungan, salah satunya kawasan pegunungan ijen dimana terdapat satu gunung yang menawarkan keindahan yang mempesona serta tantangan yang sangat menarik bagi kita yang memiliki kegemaran pegiat alam bebas, yaitu Gunung Raung. Gunung Raung dengan ketinggian 3.344 mdpl dari jalur Banyuwangi merupakan gunung dengan jalur pendakian terekstrim di Pulau Jawa, Bali dan Lombok.  
Berikut ini adalah hasil catatan perjalanan saya dalam pendakian menuju Puncak Raung Sejati  jalur Kalibaru selama 5 hari dari tanggal 31 Oktober - 4 November 2013.
 Letak Administratif
Dusun                          :  Wonorejo
Desa                            :  Kalibaru Wetan
Kecamatan                  :  Kalibaru
Kabupaten                   :  Banyuwangi
Provinsi                       :  Jawa Timur

Kondisi Cuaca
Secara umum iklim di Gunung Raung beriklim tropis. Suhu udara berkisar antara 0 – 25 ° C, dan suhu akan semakin tinggi di musim kemarau. Curah hujan cukup tinggi dan angin rata-rata berhembus kencang karena Gunung Raung sangat dekat dengan laut.
Flora
Flora yang ada di Gunung Raung beragam misalnya: pinus, cemara gunung, rotan, honje, pisang hutan, semak-semak, pohon cantigi dan eddleweis.
Fauna
Fauna yang ada diantaranya, macan kumbang, ular, tokek, ayam hutan, monyet, burung, elang, kampret, pacet dll
Kondisi Tanah
Gunung raung mempunyai jenis tanah alluvial karena dipengaruhi kondisi gunung yang aktif. Tanah di Gunung Raung adalah tanah  liat bercampur pasir yang dihasilkan aktifitas Gunung Raung sedangkan area puncak adalah batuan lepas dan berpasir.
Jalur Pendakian
Gunung Raung jalur kalibaru merupakan jalur pendakian terekstrim di Pulau Jawa, Bali dan Lombok ini diperlukan waktu pendakian normal selama 6 hari yang tentunya diperlukan juga fisik dan mental yang bagus serta peralatan khusus dan teknik pemanjatan untuk menggapai puncak sejatinya. Berikut ini adalah jalur pendakian dan pos yang akan dilewati untuk mencapai Puncak Sejatinya:

Base Camp (Rumah Pak Suto, Dusun Wonorejo) – Pos atau Camp 1 (kebun kopi)
Di mulai dari base camp rumah Pak Suto akan berjalan sejauh 5600 m, melewati perkebunan penduduk yang mayoritas adalah perkebunan kopi, dan sekitar 3 jam kemudian akan tiba di pos 1 yang ditandai dengan rimbunnya perkebunan kopi. Di sebelah kiri jalur pos 1 ini ada jalur menuju sungai yang merupakan sumber air terakhir di jalur pendakian ini, di sini diharapakan setiap pendaki untuk mengisi perbekalan air sebelum melanjtukan pendakian, dimana minimal setiap pendaki harus membawa 10 liter air. Pos 1 ini terletak pada ketinggian 980 mdpl dan koordinat 8°12’14’’ LS dan 114°00’05’’ BT

Pos 1 – Camp 2
Dari pos 1 berjalan akan berjalan melewati batas perkebunan dan hutan, kemudian mulai memasuki hutan yang lebar namun lebat dengan pepohonan dimana terdapat banyak pohon dan semak berduri, jalan yang dilalui belum banyak menanjak dan cenderung melipir menyisiri hutan. Diperlukan waktu normal selama kurang lebih 4 jam untuk menempuh jarak dari pos 1 menuju camp 2 sejauh 4.130 meter. Camp 2 ini merupakan tempat camp yang terluas selama jalur pendakian dan pendaki dapat bermalam disini camp 2 ini terletak pada ketinggian 1.431 mdpl dengan koordinat 8°10’27’’ LS dan 114°01’11’’ BT

Camp 2 – Camp 3
Dimulai dari camp 2 inilah para pendaki akan mulai melalui track menanjak mengikuti punggungan dan tidak lagi melipir. Track yang dilalui cukup sempit dimana di sebelah kirinya adalah jurang diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk mencapai camp 3, di camp 3 ini terletak persis di tengah jalur pendakian namun agak luas dan dapat mendirikan camp dengan 2 tenda, camp 3 terletak pada ketinggian 1.656 mdpl dan koordinat 8°9’56’’ LS dan 114°0134 BT.

Camp 3 – Camp 4
Lepas dari camp 3 pendakian dimulai dengan melalui jalan landai, kemudian akan melewati turunan sebelum berpindah punggungan dan melalui jalan menanjak yang cukup panjang. Setelah kurang lebih 2 jam akan tiba di camp 4, sebuah tanah lapang yang sempit namun dapat digunakan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pendakian. Camp 4 terletak pada ketinggian 1.855 mdpl dan koordinat 8°9’19’’ LS dan 114°01’52’’ BT.

Camp 4 – Camp 5
Pendakian pada rute ini masih tetap dalam satu punggungan namun track yang dilalui semakin terjal dan rapat dimana banyak terdapat pohon berduri (disarankan selama pendakian menggunakan pakaian lengan panjang), bila hujan jalur ini akan menjadi sangat licin. Waktu yang diperlukan untuk melalui rute ini adalah selama lebih kurang 45 menit dan camp 5 ini tidak terlalu luas namun sedikit di bawah camp 5 juga terdapat tempat yang cukup luas untuk beristirahat dan biasanya di area camp 5 ini digunakan untuk tempat beristirahat makan siang sebelum melanjutkan pendakian. Camp 5 terletak pada ketinggian 2.115 mdpl dan koordinat 8°08’59’’ LS dan 114°01’58’’ BT.
  
Camp 5 – Camp 6 atau Pos 3
Setelah beristirahat di camp 5 bersiaplah kita untuk melanjutkan pendakian yang semakin berat dimana jalurnya semakin terjal serta tipis dimana kanan-kiri jurang untuk itulah diharapkan berhati-hati saat melintasi rute ini. Rute ini tidak terlalu lama karena hanya sekitar 30 menit akan tiba di camp 6 atau pos 3. Di camp 6 ini terdapat area camp yang berundak – undak sebanyak 3 undakan dan dapat digunakan untuk tempat bermalam. Camp 6 terletak pada ketinggian 2.285 mdpl dan koordinat 8°08’49’’ LS dan 114°02’02’’ BT 

Camp 6 atau Pos 3 – Camp 7
Pendakian pada rute ini semakin berat dimana akan semakin mendekati puncak Gunung Wates, yang tentunya tracknya semakin terjal, jalur pendakiannya pun semakin terbuka dan udara semakin dingin diiringi angin yang semakin kencang dan  kabut tipis yang mulai turun menutupi jalur pendakian, setelah sekitar 45 menit kita akan tiba di camp 7, yang merupakan camp di area terbuka sebuah dataran yang cukup luas dan sangat terbuka, dapat mendirikan 3 tenda.
Di camp 7 ini kita dapat menikmati pemandangan negeri di atas awan yang sangat indah, dimana di depan terdapat puncak gunung wates, sebelah kiri dan kanan kita dapat melihat berjajar punggungan serta lembahan, dari kejauhan juga mulai tampak puncak raung yang berbentuk bebatuan, apabila malam dan kondisi cerah pemandangan bintang-bintang yang bertebaran di langit yang memancarkan sinarnya serta gemerlap lampu-lampu di perkotaan yang tampak dari kejauhan akan menjadi pemandangan yang dapat kita nikmati di malam hari, di camp 7 ini pun mulai terdapat bunga edelweisss yang apabila mekar menjadi pemandangan indah bagi kita. Kondisi di camp 7 ini tanahnya rawan longsor dan juga udara dingin serta angin yang berhembus kencang dikarenakan areanya yang sangat terbuka, untuk itulah agar berhati-hati jika ingin bermalam di camp 7 ini. Camp 7 terletak pada ketinggian 2.541 mdpl dan koordinat 8°08’24’’ LS dan 114°02’14’’ BT 

Camp 7 – Camp 8
Perjalanan dari camp 7 menuju camp 8 diawali dengan melewati punggungan terakhir menuju puncak gunung wates selama sekitar 45 menit, sementara itu jalurnya cukup terjal dan rapat oleh pohon berduri.  Dari puncak gunung Wates pendakian dilajutkan dengan melipiri punggungan yang sangat tipis dengan bibir jurang yang sangat membutuhkan konsentrasi dan kehati-hatian. Setelah berjalan melipir kita akan mulai melalui track menanjak dimana mulai terdapat vegetasi khas puncak gunung. Total waktu menuju camp 8 ini adalah sekitar 2 jam perjalanan normal, camp 8 terletak pada ketinggian 2.876 mdpl dan koordinat 8°08’12’’ LS dan 114°02’30’’ BT  

Camp 8 – Camp 9 atau Pos 4
Inilah rute terakhir yang harus dilalui sebelum mencapai puncak gunung raung, pada rute ini jalurnya semakin terjal mulai banyak bunga edelweiss dan vegetasinya pun semakin jarang serta pepohonan tua yang menjadi ciri khas sebelum puncak gunung. Setelah berjalan sekitar 1 jam barulah kita tiba di camp 9 atau pos 4 yang merupakan camp terakhir yang dapat kita gunakan untuk beristirahat, di camp 9 ini merupakan batas vegetasi sebelum melewati bebatuan untuk mencapai puncak raung. Camp 9 terletak pada ketinggian 3.023 mdpl dan koordinat 8°08’00’’ LS dan 114°02’33’’ BT 

Camp 9 atau Pos 4 – Puncak Raung/Puncak Kalibaru 3154mdpl 8°07’56’’ LS dan 114°02’55’’ BT
Dari camp 9 yang merupakan batas vegetasi selanjutnya kita berjalan selam lebih kurang 10 menit dan akan tiba di puncak semu gunung Raung dikenal dengan nama puncak Bendera 3.154 mdpl. Di atas puncak gunung Raung inilah kita kembali dpat menikmati keindahan negeri di atas awan, dimana dapat memandangi indahnya awan yang serasa begitu dekat dan sejajar dengan kita, dari kejauhan tampak menjulang deretan punggungan gunung Argopuro dan Semeru.
Sementara pada arah sebaliknya dapat memandangi laut dan pulau Bali di seberang sana, selain itu di depan kita telah tampak jalur menuju puncak Sejati yang sangat menantang, bebatuan dengan kanan kiri jurang dalam yang cukup memacu adrenalin kita sebelum menapakinya, dan yang tidak kalah juga adalah pemandangan puncak 17 (pertama kali ditapaki oleh PATAGA Surabaya) yang berbentuk piramida yang seolah mengundang kita untuk segera mencapai puncaknya.  

Puncak Sejati Gunung Raung 3344 mdpl, 8°07’32’’ LS dan 114°02’48 BT
Inilah rute pendakian terakhir dan juga terekstrim yang harus kita lalui untuk mencapai puncak sejati. Dimulai dari puncak raung kita berjalan turun melipiri bibir jurang lalu mengikuti sebuah jalan landai dan akan tiba di titik ekstrim yang pertama, di titik ini kita harus melipir tebing bebatuan dimana di sebelah kanan adalah jurang sedalam 50 meter, untuk itulah di titik ekstrim pertama ini kita memasang jalur pemanjatan kurang lebih 5 meter, di jalur telah terpasang 1 buah hanger, 1 bolt dan di titik anchor atasnya terdapat pasak besi yang telah tertanam, dapat digunakan sebagai anchor utama.

Setelah melewati titik ekstrim 1 kita terus bejalan menanjak menuju puncak 17 atau piramida, sampai pada titik ekstrim yang kedua yaitu 10 meter sebelum puncak 17. Disini kita kembali harus membuat jalur pemanjatan, dimana leader melakukan artificial climb selajutnya setibanya di puncak 17 memasang fix rope untuk dilalui orang selanjutnya dengan teknik jumaring yang kemudian pendakian dilakukan dengan melipir dan menuruni bibir jurang yang tipis sekali, disini merupakan titik ekstrim ketiga yang juga harus dipasangi pengaman bisa dengan menggunakan tali kernmantel ataupun dengan membentangkan webbing sejauh kurang lebih 10 meter.  

Selepas dari titik ekstrim ketiga ini kita terus berjalan agak landai menelusuri jalan setapak yang sangat tipis sekali dengan kanan kiri jurang sedalam 50 meter, yang kita akan tiba di titik ekstrim yang keempat atau terakhir dimana kita harus memasang jalur untuk menuruni tebing 25 meter dan menggunakan teknik rappelling untuk mencapai ke bawah. Sesampainya di bawah kita masih harus melanjutkan perjalanan, agak berjalan menurun ke bawah kita tiba di sebuah tempat lapang dan teduh yang biasanya digunakan untuk tempat beristirahat sebelum melalui tantangan terakhir yaitu mencapai puncak tusuk gigi (bentuknya menyerupai tusuk gigi) dan puncak sejati.

Dari tempat istirahat ini perjalanan kembali menanjak dengan tingkat kemiringan yang cukup terjal dimana jalur yang harus dilalui adalah batuan lepas dan berpasir yang apabila diinjak rawan sekali untuk longsor, untuk itulah diperlukan kehati-hatian dan menjaga jarak antar pendaki selama melewati track ini agar apabila longsor batuan lepas tersebut tidak membahayakan pendaki di bawahnya.

Setelah mengakhiri tanjakan pada track bebatuan ini tibalah kita di puncak tusuk gigi yang tedapat banyak bebatuan besar dan setelah itu dari puncak tusuk gigi kita melipir ke belakang dan kemudian berjalan agak menanjak sekitar 100 meter tibalah kita di tempat yang menjadi tujuan akhir dari pendakian ini, PUNCAK  SEJATI GUNUNG RAUNG 3.344 Mdpl, ditandai dengan sebuah triangulasi dan plang Puncak Sejati serta pemandangan sebuah kawah besar yang masih aktif yang setiap saat mengeluarkan asapnya.
                                          
Catatan :
Pada saat melakukan pendakian disarankan para pendaki menggunakan pakaian safety (baju dan celana panjang, jika perlu dilengkapi geiters dikarenakan jalur yang dilalui banyak pohon berduri, dan pacet, serta hutan yang rapat). Setiap pendaki minimal membawa 10 liter air dikarenakan sumber air hanya terdapat di pos 1, dan untuk mengantisipasi kekurangan air di setiap camp disarankan membuat penampungan air/tendon (paling sederhana dengan membuatnya dari botol aqua besar yang dipotong terlebih dahulu).

Pada saat menuju puncak sejati, tenda dan perlengkapan lainnya ditinggal di pos 4 atau camp 9, dan hanya membawa daypack berisikan makanan, minuman dan perlengkapan pemanjatan (perlengkapan standar :tali kernmantel statis min 1 buah dengan panjang min 30 meter, webbing, carabiner screw dan non screw, jumar, figure of eight, prusik, harnest serta untuk mengantisipasi dapat pula membawa pasak besi untuk anchor tanam). ©copyright by Pendaki Liar